Anda Mungkin Juga Meminati :

Related Posts with Thumbnails

Pengikut

Jumat, 11 Desember 2009

Mengenal Ulama' dan Kitab...itulah realitinya? pengarang kitab I’anah Ath-TholibinMengenal Ulama' dan Kitab...itulah realitinya? pengarang kitab I’ana


Kalau ada orang yang mengaku alim dalam ilmu fiqh, dan lebih khusus lagi dalam fikih Mazhab Syafi’i, tetapi tidak tahu kitab I’anah Ath-Tholibin dan pengarangnya siapa?, pengakuannya sangat patut diragukan. Mengapa? Kerana, kitab tersebut merupakan salah satu rujukan utama dalam fikih Syafi’i dan para penuntut ilmu di pasentren/ pondok. Sekurang-kurangnya tahu namanya. Sesungguhnya kitab ini merupakan kitab mashyor, meskipun tergolong kitab munculnya akhir kurun yang terkebelakang, yang lebih kurang berusia 130-an tahun.


Kitab I’anah Ath-Thalibin merupakan syarah kitab Fath Al-Mu’in. Kedua kitab ini termasuk kitab-kitab fiqih Syafi'i yang paling banyak dipelajari dan dijadikan pegangan dalam memahami dan memu­tuskan masalah-masalah hukum. Dalam forum-forum bahtsul-masail (pengkajian masalah-masalah), kitab ini menjadi salah satu kitab yang sangat sering dikutip nash-nash­nya. Kemashyoran kitab ini dapat dikata­kan merata di kalangan para penganut Madzhab Syafi'i di berbagai belahan dunia Islam. Kitab I`anah Ath-Thalibin adalah karya besar seorang tokoh ulama terkemuka Makkah abad ke-14 Hijriyyah (abad ke-19 Masehi), Sayyid Bakri Syatha.


Tokoh yang nama sebenarnya Abu Bakar bin Muhammad Zainal Abidin Syatha ini lahir di Makkah tahun 1266 H/1849 M. Ia berasal dari keluarga Syatha, yang terkenal dengan keilmuan dan ketaqwaannya. Namun ia tak sem­pat mengenal ayahnya, karena saat ia baru berusia tiga bulan, sang ayah, Say­yid Muhammad Zainal Abidin Syatha, berpulang ke rahmatullah. Sayyid Abu Bakar Syatha merupakan seorang ulama’ Syafi’i, mengajar di Masjidil Haram di Mekah al-Mukarramah pada permulaan abad ke XIV.

Sayyid Bakri Syatha meninggal dunia tanggal 13 Dzul­hijjah tahun 1310 H/1892 M setelah me­nyelesaikan ibadah haji. Usianya me­mang tidak panjang (hanya 44 tahun me­nurut hitungan Hijriyyah dan kurang dari 43 tahun menurut hitungan Masehi), te­tapi penuh manfaat yang sangat dirasa­kan urnat. Jasanya begitu besar, dan pe­ninggalan-peninggalannya, baik karang­an-karangan, murid-murid, maupun anak keturunannya, menjadi saksi tak terban­tahkan atas kebesarannya. Semoga Allah menempatkannya di surga.Kalau ada orang yang mengaku alim dalam ilmu fiqh, dan lebih khusus lagi dalam fikih Mazhab Syafi’i, tetapi tidak tahu kitab I’anah Ath-Tholibin dan pengarangnya siapa?, pengakuannya sangat patut diragukan. Mengapa? Kerana, kitab tersebut merupakan salah satu rujukan utama dalam fikih Syafi’i dan para penuntut ilmu di pasentren/ pondok. Sekurang-kurangnya tahu namanya. Sesungguhnya kitab ini merupakan kitab mashyor, meskipun tergolong kitab munculnya akhir kurun yang terkebelakang, yang lebih kurang berusia 130-an tahun.



Kitab I’anah Ath-Thalibin merupakan syarah kitab Fath Al-Mu’in. Kedua kitab ini termasuk kitab-kitab fiqih Syafi'i yang paling banyak dipelajari dan dijadikan pegangan dalam memahami dan memu­tuskan masalah-masalah hukum. Dalam forum-forum bahtsul-masail (pengkajian masalah-masalah), kitab ini menjadi salah satu kitab yang sangat sering dikutip nash-nash­nya. Kemashyoran kitab ini dapat dikata­kan merata di kalangan para penganut Madzhab Syafi'i di berbagai belahan dunia Islam. Kitab I`anah Ath-Thalibin adalah karya besar seorang tokoh ulama terkemuka Makkah abad ke-14 Hijriyyah (abad ke-19 Masehi), Sayyid Bakri Syatha.


Tokoh yang nama sebenarnya Abu Bakar bin Muhammad Zainal Abidin Syatha ini lahir di Makkah tahun 1266 H/1849 M. Ia berasal dari keluarga Syatha, yang terkenal dengan keilmuan dan ketaqwaannya. Namun ia tak sem­pat mengenal ayahnya, karena saat ia baru berusia tiga bulan, sang ayah, Say­yid Muhammad Zainal Abidin Syatha, berpulang ke rahmatullah. Sayyid Abu Bakar Syatha merupakan seorang ulama’ Syafi’i, mengajar di Masjidil Haram di Mekah al-Mukarramah pada permulaan abad ke XIV.

Sayyid Bakri Syatha meninggal dunia tanggal 13 Dzul­hijjah tahun 1310 H/1892 M setelah me­nyelesaikan ibadah haji. Usianya me­mang tidak panjang (hanya 44 tahun me­nurut hitungan Hijriyyah dan kurang dari 43 tahun menurut hitungan Masehi), te­tapi penuh manfaat yang sangat dirasa­kan urnat. Jasanya begitu besar, dan pe­ninggalan-peninggalannya, baik karang­an-karangan, murid-murid, maupun anak keturunannya, menjadi saksi tak terban­tahkan atas kebesarannya. Semoga Allah menempatkannya di surga.

Selasa, 13 Oktober 2009

Cara-cara Membaca Kitab


CARA-CARA PRAKTIS MEMBACA KITAB :

PENGUASAAN Nahwu, Shorof, I’lal, dan Qa’idah-Qa’idahnya.


Contoh: جَاءَ زَيْدٌ

1. زَيْدٌ kalimat apa ? Kalimat Isim.

2. Apakah tanda / alamat Isimnya? Tanwim.

3. Apakah ‘irobnya ? Rafa’

4. Kenapa ? Kerana menjadi fa’il dari fi’il جَاءَ.

5. Apa ‘alamat ‘irobnya ? Dhommah.

6. Kenapa? Kerana Isim Mufrad.

7. Jika boleh di tashrif, maka harus di tashrif , زَادَ يَزِيْدُ زَيْدًا

8. Kemudian bina’nya apa ? Ajwaf Ya’ i.

9. Ikut wazan apa dan muthobaqah-muthobaqahnya?

فَعَلَ – يَفْعِلُ – فَعْلاً / فَعْالَةً الخ – سَارَ – يَسِيْرُ – سَيْرًا الخ.

سَارَ asalnya سَيَرَ mengikut wazan فَعَلَ ya’ nya diganti alif kerana ia berharokat dan huruf sebelumnya berharokat fathah. (berdasarkan qa’idah : Tentang mengantikan wawu dan ya’ dengan alif apabila ada wawu dan ya’ berharokat dan huruf sebelumnya berharokat fathah, maka wawu atau ya’ itu harus di ganti alif.)

10. Jika terkena I’lal, maka harus di I’lal?

زَادَ أَصْلُهُ زَيَدَ عَلَى وَزْنِ فَعَلَ قُلِبَتْ اليَاءُ أَلِفًا لِتَحَرُّكِهَا وَانْفِتَاحِ مَا قَبْلَهَا فَصَارَ زَادَ

11. Kemudian di sempurnakan dengan Qa’idah daripada matan al-Alifiyyah Ibn Malik, Halaman 215 فصل في اجتماع الواوِ والياء إلخ.

مِنْ وَاوٍ أَوْ يَاءٍ بِتَحْرِيْكٍ أُصِلْ أَلِفًا ابْدِلْ بَعْدَ فَتْحٍ مُتَّصِلْ




Rabu, 01 Juli 2009

KITAB-KITAB FIQH MAZHAB SYAFI’I Rhl.

KITAB-KITAB FIQH MAZHAB SYAFI’I Rhl.


Kitab Fiqih dalam Mazhab Syafi’i Rhl. Yang dikarang oleh Ulama’-ulama’ Syafi’i dari abad keabad adalah mewarisi pusaka ilmu, kitab-kitab tersebut dikarang oleh sahabat-sahabat Imam Syafi’i Rhl. (Ulama’-ulama’ pengikut Syafi’i) sudah demikian banyaknya. Hampir setiap ulama’ itu mengarang kitab Fikih syafi’i untuk dijadikan pusaka bagi murid-muridnya dan bagi pencinta-pencintanya sampai akhir zaman. Tidak terhintung lagi banyaknya kerana di antaranya ada yang tidak sampai ke tangan kita, tidak pernah kita melihat dan bahkan kadang-kadang ada yang tidak pernah didengari mengenai kitab-kitab dari segi nama kitabnya, pengarangnya, bahkan tidak mengetahui langsung tentang hal kitab dan para ulama’ bagi penuntut ilmu islam. Fenomena ini perlu kita sedari bahwa, hal demikian perlu diambil tahu dan peka bagi setiap penuntut ilmu dari siapa kitab menuntut ilmu, dan dari mana kitab mengambil rujukan hukumnya. Kerana dikhuatiri tiada panduan di dalam menetapkan hukum islam. Menjadi tanggungjawab kita mengetahui hal demikian moga-moga jelas hukumnya, dan benar pengambilannya.

Untuk diketahui lebih mendalam di bawah ini kami sediakan sebuah gambar rajah yang dapat mengambarkan situasi yang telah berlangsung dalam memperjelas, memperinci dan meringkaskan kitab-kitab Syafi’iyyah dari dulu sampai sekarang.

Keterangan :

1. Kitab-kitab Imam Syafi’i. “Al-Imla” dan “al-Hujjah” adalah kitab-kitab Qaul qadim yang digunakan lagi, kerana semua isinya sudah termasuk dalam kitab-kitab Qaul Jadid.

2. Kitab-kitab Imam Syafi’i yang diguna sebagai kitab induk adalah kitab Umm, Mukhtasar, Buwaiti dll.

3. Imam haramain mengikhtisarkan (memendekkan) kitab-kitab Imam syafi’i dengan kitabnya yang bernama “An-Nihayah.

4. Imam Ghazali memendekkan juga kitab-kitab Imam Syafi’i dengan kitab-kitabnya yang bernama Al-Basith, Al-wasith, Al-Wajiz.

5. Imam Ghazali juga mengikhtisarkan lagi dengan kitabnya yang bernama Al-Khulasoh.

6. Imam Rafi’i mensyarahkan kitab Imam Ghazali Al-Wajiz dengan kitabnya yang bernama Al-‘Aziz.

7. Dan Imam Rafi’i juga memendekkan kitab Imam Ghazali Al-Khulasoh dengan kitabnya yang bernama Al-Muharrar.

8. Imam Nawawi memendekkan dan menambah di sana sini kitab Al-Muharrar itu dengan kitabnya yang bernama MINHAJUT THALIBIN (Minhaj).

9. Kitab Imam Nawawi, Minhaj disyarahkan oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan kitabnya Tuhfa, oleh Imam Ramli dengan kitabnya An Nihayah, oleh Imam Zakaria al-Anshori dengan kitabnya yang bernama Minhaj jug, oleh Imam Khatib Syarbaini dengan Mughni al-Muntaj.(Kitab-kitab tersebut dalam nombor 8 dan 9 ini banyak beredar di pasentren).

10. Dan Imam Rafi’i pernah mensyarah kitab karangan Imam Ghazali Al-Wajiz dengan kitabnya yang bernama Al-‘Ajiz.

11. Imam Nawawi pernah memendekkan kitab Imam Rafi’i denagn kitabnya yang bernama Ar-Raudhah.

12. Imam Quzwaini pernah memendekkan kitab Al-‘Ajiz dengan kitabnya yang bernama Al-Hawi.

13. Kitab Al-Hawi pernah diikhtisarkan oleh Ibnul Muqri dengan kitabnya yang bernama Al-Irsyad dan kitab al-Irsyad ini disyarah oleh Ibnu Hajar al-Haitami dengan kitabnya yang bernama Fathul Jawad dan juga dengan kitabnya yang bernama Al-Imdad.

14. Kitab Imam Nawawi bernama Ar-Raudhah pernah diiktisarkan oleh Imam Ibnu Muqri dengan nama Ar-Roudh dan oleh Imam mazjad dengan Al-Ubab.

15. Kitab Ibnul Muqri Al-Irsyad pernah disayarah oleh Imam Ibnu Hajar dengan kitabnya yang bernama Al-Imdad, dan dengan kitabnya bernama Fathul Jawad.

16. Kitab Ar-Roudh dari Ibnul Muqri pernah disyarah oleh Imam Zakaria Al-Anshori dengan nama Asnal Mathalib.

17. Imam Zakaria al-Anshori pernah mensyarah kitabnya yang bernama Al-Minhaj dengan kitabnya yang bernama Fathul Wahab.

Demikianlah keterangan ringkas dari jalur kitab-kitab dalam Mazhab Syafi’i yang sangat teratur rapi, yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. (ibaratnya daripada penulis, ia bagaikan sebuah keluarga dari jalur keturunan).

Kemudian banyak lagi kitab-kitab fikih Syafi’i yang dikarang oleh Ulama’ mutaakhirin yang tidak tersebut dalam jalur ini kerana terlalu banyak, seperti kitab-kitab Al-Mahalli karangan Imam Jalaluddin al-Mahalli, Kitab Fathul Mu’in karangan al-Malibari, Kitab I’anahtut Thalibin karangan Said Abu Bakar Syatha dan lain-lain yang banyak sekali.

Dengan perantaraan kitab-kitab ini kita sudah dapat memahami dan mengamalkan fatwa fiqih dalam Mazhab Syafi’i secara teratur dan secara rapid an terperinci, yang kesimpulannya sudah dapat mengamalkan syari’at dan ibadah Islam dengan sebaik-baiknya.


Sumber Rujukan:
- Kiai.Haji. (K.H.) Siradjuddin Abbas, Sejarah & Keagungan Mazhab Syafi’i, Pustaka Tarbiyah baru, Jakarta,2007.

Biodata Tok Kenali


Muhammad Yusuf bin Ahmad atau lebih dikenali sebagai Tok Kenali (1868 – 1933) ialah seorang tokoh tokoh ‘Ulama’Ulung , guru agama Islam yang agung, tokoh pembangun pemikiran umat Islam di dunia dan pencetus ilmu pengajian Islam di Malaysia dan Asia Tenggara khususnya, di awal abad ke-20. Beliau seorang Alim Rabbani yang dalam hidupnya banyak berpandukan kitab Suci Al-Quran disamping Sunnah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam. Beliau disebut juga sebagai seorang yang memilih hidup sederhana dan juga seorang wali keramat dan mendapat ilham daripada Allah dan ilmu laduni (Ilmu Kurniaan Ilahi tanpa belajar).

Tok Kenali - Tokoh Besar Ulama Kelantan
Bagi seseorang yang mengkaji sejarah tanah air, lebih-lebih lagi menyelidiki “sejarah kelantan’ maka dia secara langsung atau tidak, akan menemui nama Tuk kenali’. Mengikut perkembangan sejarah, Tuk Kenali adalah merupakan seorang pembangun fikiran umat Islam di dunia sebelah sini menerusi pengajaran kepada murid-murid yang bertebar pada beberapa tempat di Alam Melayu, juga melalui fikiran-fikirannya yang membina menerusi majalah “Pengasuh”, keluaran Majlis Agama Islam dan Adat istiadat Melayu kelantan dan majalah “Al-Hikmah” sebuah majalah pengatahuan yang antara lain yang sedang bersemarak di masa ini.


Sesuatu perkara yang menarik perhatian kita ialah perjuangan dan penghidupan Tok Kenali adalah agak nyata. Beliau banyak menerima pengaruh dari ajaran-ajaran Failasuf islam Al-Iman Ghazali , (1058-1111M) seorang pembangun dan pembina fikiran umat Islam yang banyak membuat pembaharuan dalam acara mengupas soal-soal agama berdasarkan ajaran-ajaran kitab suci Al-Quran dan hadis di samping memperoleh ilmu ladunni di zaman silam. Melihat kepada perjuangannya, kita mendapati cara perjuangannya hampir-hampir sama dengan perjuangan Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905M), seorang pembawa pembaharuan pemikiran umat Islam yang meletakkan kitab Al-Quran sebagai asas perjuangannya dan perjuangannya adalah secara melyeluruh menyedar dan membina masyarakat dalam aspek hidup, agama, ilmu pengatahuan, politik, sosial ekonomi dan lain-lain yang secara kebetulan di masa Tuk kenali berada di kota Suci Makkah dan semasa beliau melawat ke Mesir 1322H (1904M) merupakan akhir zaman Syaikh itu.
Untuk selanjutnya marilah sama-sama kita mengikuti garis-garis perjuangan beliau dan cebisan riwayat hidup beliau sebagai berikut:

Kelahiran Tok Kenali

Beliau dilahirkan di Kampung Kenali, Kubang Kerian, Kota Bharu, Kelantan kira-kira pada tahun 1287H (1870M*) dengan nama Muhammad Yusof (pernah disebut sebagai Awang sahaja) iaitu di penghujung pemerintahan Sultan Muhammad II (1837-1886M). Bapanya seorang petani bernama Ahmad, manakala Fatimah, ibunya adalah seorang insan yang sopan dan bercita-cita tinggi dan murni.

Latar Belakangnya

Muhammad Yusoff dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, dan ini adalah membentukkan sifat peribadinya yang tidak menonjol. Bapanya seorang petani manakala ibunya bagaimana kebiasaan orang-orang di kampungnya adalah bekerja menolong pekerjaan suaminya.
Sebelum melanjutkan pelajaran ke luar negeri, Muhammad Yusof telah mula belajar pada datuknya sendiri Encik Salleh (Tok Leh) iaitu dalam pelajaran membaca kitab suci Al-Quran dan pelajaran tulis-menulis. Sesudah itu dia menyambungkan pelajaran ke masjid Besar Al-Muhammadi, Kota Bharu dan tempat-tempat pengajian lain di sekitar kota Bharu dalam pelajaran Bahasa Arab, nahu, saraf juga pengetahuan agama.
Isterinya ialah Cik Ruqayyah Mahmud. Beliau dikurniakan empat orang anak, iaitu Ahmad, Muhd Shaalih, Mahmud dan Abdullah Zawaawi.

Perlu disebutkan bahawa datuknya adalah seorang yang lebai, warak, mempunyai sedikit sebanyak ilmu-ilmu agama untuk panduan hidup, seorang yang mempunyai kesedaran, mematuhi peraturan-peraturan agama dan gemar berbuat ibadat semata-mata mencari keredaan Allah.

Bapanya meninggal dunia sewaktu umurnya baru meningkat 5 tahun. Beliau dilantik di bawah pengawasaan datuknya menyebabkan pengaruh bapanya kurang terasa dalam corak hidupnya. Di samping itu, nenek perempuan tirinya, Tuk Mek ngah turut memberikan pendidikan yang baik kepadanya termasuk pengawasan terhadap punca-punca makanan yang hendak disajikan. Menurutnya pengaruh-pengaruh makanan-makanan yang haram adalah membawa akibat yang buruk dalam penghidupan di dunia ini, lebih-lebih lagi di akhirat.

Kebolehan Luar Biasa

Kecenderungan Tuk Kenali dalam pelajaran adalah nyata sejak kecil lagi. Perasaan ingin maju dan ingin tahu adalah meluap-luap di dadanya. Dalam tempoh yang pendek dia telah dapat mengkhatami pembacaan kitab suci Al-quran dan dapat menulis dengan baik. Kerana itu tidaklah hairan mengapa dia telah dipilih oleh penggawa daerahnya untuk menjadi seorang kerani sebagai pembantunya dalam mengira dan menguruskan hasil-hasil tanaman dan kebun di kawasan tersebut sewaktu dia berusia antara tujuh ke lapan tahun.

Dalam beberapa laporan lain, misalnya laporan dari salah seorang penduduk Kubang Kerian yang menceritakan pada wartawan Majalah Tiga yang ditayangkan pada Sabtu, 13 Jun 2009.Pemuda itu menceritakan bahawa ayahnya telah menceritakan kepadanya tentang kisah kebolehan Tok Kenali.Bapanya mencritakan bahawa pada suatu ketika,di sebuah kampung di Kelantan,terdapatnya beberapa masyarakat Melayu Kelantan lama yang suka menyabung ayam dan menyabung lembu,keadaan pesta menyabung itu sangat bising dan hiruk pikuk lantaran keasyikan masyarakat yang suka pada perbuatan menyabung haiwan,(pada kebiasaannya perbuatan menyabung haiwan dapat menyebabkan masyarakat penyabung terdedah dengan kegiatan judi dan pergaduhan).Oleh demikian,Tok Kenali dan beberapa orang kampung telah terganggu akan kebisingan pesta sehinggakan Tok Kenali pada waktu itu beranggapan dan melafazkan bahawa terdapatnya rumah terbakar dikampung itu.Dengan kuasa Allah, pada petang hari pesta menyabung itu juga,kebanyakan dari rumah-rumah penyabung haiwan itu telah dijilat api keseluruhannya.Maka begitulah kekuasaan Allah SWT terhadap hambanya yang beriman dan ingkar.

Menyambung Pelajaran Ke Kota Bahru

Sewaktu berusia antara sembilan ke sepuluh tahun, Muhammad Yusof telah mengambil langkah bagi menyambung pelajarannya ke Kota Bharu. Tempat pertama yang ditujunya ialah ke masjid Al-Muhammadi, di mana terdapat beberapa orang guru agama dan beratus-beratus orang murid dari seluruh ceruk Negeri Kelantan menyembung pelajaran mereka ke sini. Sekitar masjid besar ini, dewasa ini penuh dengan pondok-pondok (asrama) penuntut.

Dalam masa menuntut di sini beliau berguru kepada Tuan Haji Wan Ismail (ayahnda Datuk Perdana Menteri Paduka Raja, Kelantan, Dato' Nik Mahmud) Beliau belajar bersama-sama Encik Idris yang kemudiannya menjadi “Mufti Kerajaan Kelantan”’ Selain iatu beliau berguru kepada Tuan Guru Hj. Ibrahim, penambang (Mufti kerajaan Kelantan) Syaikh Muhammad Ali bin Ab. Rahman (Wan Ali) Kutan dan kepada Tuan Guru Padang (Hj. Ahmad) Kota Bharu.

Melanjutkan Pelajaran Ke Tanah Suci Mekah

Sebagai seorang pelajar, Tok Kenali telah menaruh cita-cita yang kuat untuk melanjutkan pelajaran ke Mekah. Pada tahun 1887M (1305H). Menjelang umurnya kira-kira 18 tahun, Tok Kenali menjejak Tanah Suci Mekah untuk meninggikan pelajaran agamanya di samping menunaikan rukun islam yang kelima, ibadat Haji iaitu sesudah enam bulan mengalami kesusahan di Lautan Hindi disebabkan kerosakan kapal yang ditumpanginya.

Penghidupan Tok Kenali di Tanah Suci Mekah

Pemergian Tok Kenali ke Tanah Suci Melah adalah semata-mata atas bantuan daripada sahabat dan kenalan beliau di Kota Bharu yang berjumlah kira-kira RM50.00 dan sumbangan daripada ibunya cuma berjumlah RM22.00. Kesukaran yang di hadapi Tok Kenali di rantau orang tidak dapat digambarkan lagi. Hampir tujuh bulan beliau di sana tanpa tempat kediaman yang tetap. Semasa itu beliau menginap di serambi Masjidil Haram, Mekah, dan hanya dapat tidur serta berehat-rehat bila menjelang sesuku malam disebabkan Masjidil Haram merupakan pusat ibadat tawaf, sa’i, sembayang dan sebagainya.

Pakaiannya sederhana, begitu juga tentang pemilihan makanannya untuk menampung kekosongan di waktu pagi dan petang. Memandangkan kedudukan ini, beliau pernah ditugaskan menjadi tukang masak sementara dalam sesuatu perkelahan atau antara kawan-kawannya di wadi-wadi (lembahan) dan di pinggir-pinggir bukit-bukit nan tandus.

Perkembangan Pelajaran

Sebelum beliau keluar negeri dahulu, beliau telahpun mempunyai pengetahuan-pengetahuan asas dalam pelajaran-pelajaran yang telah dipelajari ketika itu . Beliau telah pun menguasai pengetahuan bahasa arab (Nahu dan Sarafnya) bagi mengikuti setiap segi jurusan pengetahuan agama di masa itu. Perkara-perkara ini adalah melayakkan Tuk Kenali untuk menerima dan mengikuti pelajaran-pelajarannya yang sedang berkembang dewasa ini di Tanah Suci Makkah.
Tuk Kenali terpaksa belajar mendengar sahaja tanpa kitab. Di samping itu juga beliau terpaksa membaca di kedai-kedai kitab dengan meminta izin tuan-tuan kedai itu untuk membaca dan menatap kitab-kitab jualannya dalam tempoh yang agak lama dengan cara yang cermat sekali. Kitab-kitab Wakaf yang ada dalam simpanan di Masjid Al-Haram juga dipergunakan untuk memahami kuliah-kuliah gurunya . Selain itu, Tuk Kenali terpaksa pula meminjam kitab-kitab gurunya sendiri. Kerana kemiskinanlah agaknya , membawa Tuk Kenali mengharungi lautan ilmu dan kemajuan melebihi kawan-kawannya yang lain.

Jelaslah bahawa Tuk Kenali banyak sekali membaca dan menatap kitab-kitab buah tangan ulamak dan para failasuf islam yang telah dan sedang tersebar di dunia islam dewasa itu. Beliau juga mempunyai sifat suka bertanya dan mengkaji pelajarannya sebelum pelajaran itu di ajar oleh gurunya dengan mengadakan perbandingan-perbandingan sendiri dan pergalaman sendiri. Banyak membaca dan banyak membuat kajian adalah merupakan faktor-faktor besar dalam perkembangan ilmu seseorang pelajar atau siswa.

Antara guru-guru di Masjid yang namanya banyak disebut-sebut oleh Tuk Kenali ialah Tuan Guru Wan Ahmad atau nama penuhnya Wan Ahmad bin Muhammad Zain yang terkenal sebagai seorang pengarang sesudah nama Syaikh Daud Patani. Kepada Guru inilah Tuk Kenali mendapat bimbingan dan bantuan baik dari segi ilmu pengetahuan mahupun penghidupan. Disamping itu, terdapat beberapa orang guru dari patani dan indonesia yang mungkin mendapat perhatian Tuk kenali disamping guru-gurunya yang terdiri daripada orang-orang Arab.

Lawatan Tok Kenali ke Mesir

Dalam tahun 1904M, Tok Kenali telah melawat Mesir bersama Tuan Guru Wan Ahmad, Encik Nik Mahmud (yang kemudiannya bergelar Datuk Perdana Menteri Paduka Raja Kelantan) dan Hj. Ismail Patani. Garis-garis kasar lawatan ini adalah menunjukkan bahawa lawatan beliau ke Mesir adalah berbentuk lawatan sambil belajar terutama kerana mengkaji hal-hal perkembangan pelajaran yang berhubung dengan Agama Islam di Universiti Al-Azhar dan lain-lain tempat pengajian di sekitar kota Kaherah.

Pulang ke Tanah Air

Pada tahun 1909M (1327 H) iaitu sesudah menjalani pengajian selama 22 tahun di tanah suci mekah, maka Tuk kenali pun pulang ke tanah air iaitu ke Kelantan seterusnya pada tahun 1911M (1329M) beliau mula membuka pondok Kenali, sebuah tempat pengajian yang kemudiannya menjadi pusat pengajian agama di semenanjung ini. Dua tahun kemudian , beliau menjadi guru di masjid Besar Al-Muhammadi, kota Bharu yang waktu itu menjadi pusat pengetahuan agama terbesar di kelantan, malahan juga dikenali di Semenanjung sebagai Serambi Mekkah.

Murid-murid dari seluruh kelantan telah membanjiri pondok-pondok yang terletak berderet-deret di sepanjang jalan di kawasan masjid dan di kawasan Kubang Pasu. Selain itu, bukan sedikit murid-murid dan pelajar-pelajar dari luar negeri datang yang menceduk pengetahuan agama daripada guru-guru yang terkenal . Selain daripada Tuk kenali, mereka belajar pada Tuan Guru Hj. Nik Abdullah, Tuan Guru Hj.Idris (yang kemudiannya berjawatan “Mufti kelantan) dan lain-lain.

Memandang hak-hak kemasyarakatan di kampung sendiri perlu pula dititik beratkan, maka Tuk kenali terpaksa pula menetap di kampungnya sendiri iaitu sesudah lima tahun mengajar di Masjid Besar Al-Muhammadi. Dewasa itu pondok kenali kembali bersemarak sehingga namanya termasyur ke serata ceruk rantau Semenanjung ini, malah sampai ke Indonesia (terutama Sumatera) kemboja, Patani dan lain-lain. Jumlah pelajar-pelajar yang menetap di asrama (Pondok) meningkat 400 orang suatu jumlah yang besar dalam pertumbuhan pengajian Islam dikala itu.

Dalam menjalankan tugasnya, Tuk kenali menetapkan beberapa buah kitab pelajaran (teks) dalam berbagai-bagai jurusan, iautu pengajian Bahasa dan pengetahuan-pengetahuan Agama islam dalam berbagai-bagai peringkat pelajaran. Beliau sendiri banyak mengambil peranan dalam mengembangkan pengetahuan Bahasa Arab, manakala pelajaran-pelajaran lain diperkembangkannya selaras dengan kehendak-kehendak masyarakat dewasa itu. Murid-murid beliau yang telah matang dalam pengajiannya dilantiknya menjadi kepala telaah (guru Kumpulan) disamping itu, kitab-kitab agama dalam tulisan jawi diajarkan juga kepada pelajar-pelajar dan orang-orang kampung. Menerusi pengajian-penjagian kepada orang-orang dewasa inilah lahirnya cerita-cerita tauladan yang kadang-kadang mengggelikan, sebagai suatu cara untuk menarik perhatian murid-murid kepada pelajaran yang sedang ditumpukan. Suatu hal yang agak luar biasa bahawa dalam masa mengajar itu, Tuk kenali mengajar tanpa kitab, di hadapannya tiada kitab-kitab pelajaran sedangkan muridnya mempelajarinya dengan menggunakan kitab. Ililah menunjukkan bahawa Tuk kenali adalah seorang yang mempunyai daya ingatan yang kuat.

Kemasyuhuran Tuk kenali telah menarik ramai pelajar Islam dari serata ceruk semenanjung. Antara mereka ini ada yang telahpun mempunyai kematangan dalam pengetahuan Agama islam datang untuk mengenal wajah dan mengikuti sebahagian pelajaran yang diajar oleh Tuk Kenali. Antara mereka ada yang datang kira-kira seminggu, sebulan, tiga atau empat tahun seterusnya. Ini bergantung kepada keadaan masing-masing, sebab di antara mereka ada yang sudahpun bekerja sebagai guru agama. Qadi atau sebagainya. Untuk meminta Tuk Kenali membaca kitab, cukuplah dengan meminta izin beliau di mana si peminatnya sendiri yang akan disuruh membacanya di hadapan kumpulan pelajar-pelajar. Sesudah itu Tuk kenali memainkan peranan memberi kefahaman dan mensyarahkan isi kitab itu, juga memberi peluang-peluang bertanya.

Menghembus Nafas Terakhir

Setelah kira-kira 65 tahun menyedut udara dunia ini, maka Tuk kenali pun dipanggil tuhan, kekasihnya iaitu pada Ahad 19 November 1933M, berikutan suatu penyakit di kakinya.
Majalah “Pengasuh” keluaran 11 disember 1933M. Mencalitkan berita tentang kematian Tuk kenali antara lain berbunyi;

“ kembali ke Darul-Baqa 1352 yang meredupkan alam Kelantan dendan dukacita. Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun:.

“Hari wafatnya; dilawati oleh tidak kurang daripada 2,500 orang dan disembahyang jenazahnya lebih daripada 1,000 orang dan disembahyang jenazahnya lebih seribu orang yang khalis liwajhillaahi Ta’ala.

Tuk Kenali dikebumikan di perkuburan yang sekarang terkenal dengan nama Kubur Tuk Kenali’ kilometer 5 jalan Pasir Puteh, Kota Bharu, tidak jauh dari istana negeri. Kuburnya selalu dizarahi oleh Duli yang maha Mulia Al-marhum Sultan Ibrahim (nenekanda kepada Duli Yang mulia Sultan Ismail Putera Sekarang) apa lagi oleh ramai terutamnya bekas murid-murid beliau yang ada berselerak di negeri ini, juga oleh pelawat-pelawat.

Dari desa pergi ke kota mencari sahabat nan berbudi kematiannya tanpa mewarisi harta tapi meninggalkan ilmu dana bakti.

Jawatan-jawatan Tok Kenali

Tuk kenali ada di antara orang-orang yang memikul tugas dan jawatan terpenting dalam perkembangan pengajian islam dan pertubuhan kebudayaan timur yang berteraskan islam di negeri Kelantan berdasarkan jawatan-jawatan yang pernah disandangnya sebagai berikut:

1. Ahli Majlis Ulama Islam Kelantan (7 Disember 1951- 19 November 1933).

2. Ketua Pelajaran Agama (Pengarah Bahagian Ilmu Agama. Bertanggungjawab memimpin Madrasah Muhammadiyyah dan penerbitan buku teks.

3. Ketua Pengarang pertama majalah Pengasuh (lidah rasmi Majlis Agama Islam Kelantan dikeluarkan setiap Isnin, dijual 10 sen senaskah).

4. Anggota Majlis Agama Islam Kelantan dan Adat Istiadat Melayu Kelantan.

5. Pengasas Jamiyyah al-Ashriyyah - kumpulan ilmiah membincangkan isu agama dan semasa.
6. Penterjemah kitab dari Bahasa Arab ke Bahasa Melayu.

7. Guru agama di Masjid Besar al-Muhammadi, Kota Bharu.

8. Penasihat agama kepada Datuk Perdana Kelantan (Menteri Besar).
Kegiatan-kegiatan dan Jasa Tok Kenali

Selain daripada mengajar, Tuk Kenali juga bergiat dalam lapangan-lapangan yang berhubung dengan kemajuan agala dana kebudayaan islam. Datu Paduka menteri Paduka Raja (Tuan haji mahmud bin ismail) dengan nasihat beliau telah dapat membentuk Majis Agama Islam dan Adat istiadat melayu kelantan pada 24 Disember 1915M (17 Safar 1334H). Ini adalah satu jasa yang dapat dilihat buktinya sampai sekarang.

Semasa hendak mengeluarkan majalah pengasuh 1918M iaitu warta majlis Agama islam dan Adat Istiadat Melayu kelantan. Tuk kenali telah dipilih untuk menjadi ketua pengarang kehormat . pada mulanya majalah ini dikeluarkan berupa lembaran akhbar yang mempunyai bidang besar, diterbitkan setia hari Isnin, senaskah berharga 10 sen. Penerbitan majalah ini juga adalah daripada saranan dan dorongan-dorongan beliau.

Selain itu beliau telah ditugaskan oleh pihak majlis Agama Islam kelantan untuk menterjemahkan Tafsir Al-Khazin yang bertajuk “Lubaab at-Ta,wiil fil Ma’aani At-Tanzil” ke dalam bahasa melayu. Tugas berat ini telah dijalankan oleh beliau dan sebahagian daripada tafsir Al-khazin telahpun siap diterjemahkan. Sayangnya, naskah ini tidak dapat dikesan sehingga sekarang.

Juga tidak dapat dilupakan bahawa majalah Al-Hikmah (lahir 1 julai 1923M) di mana ketua Pengarang dan penerbitnya yang berbahagia tuan hj. Ahmad bin Ismail (Datuk Lela negara) adalah kerap menerima nasihat-nasihat dan fikiran-fikiran yang berguna daripada Tuk kenali. Majalah pengetahuan ini diterbitkan tiga kali sebulan . pejabat penerbitan ini selalu didatangi oleh Tuk kenali danaa merupakan salah satu tempat beliau membaca surat-surat khabar dan majalah dewasa itu.

Tuk kenali adalah seorang pencinta ilmu pengetahuan. Hal ini ternyata sekali dalam sejarah hidupnya . Beliau juga pernah menyimopan sebuah buku cetera Raja Muda . salah sebuah buku sejarah kelantan yang penting. Buku ini kemudiannya telah diberikan kepada pengaranag buku Hikayat Seri kelantan.

- dalam kegiatan kemasyarakatan pula , beliau telah melancarkan suatu getakan perhimpunan umat islam yang di namakan ‘Jam ,iyyatul Asriyyah] ‘[Perhimpunan semasa] yang kerap membicangkan perkara-perkara hangat dalam masyarakat [Politik] , pebincangan=perbincangan ilmu dan perhimpunan kerana ibadat. Sebagai megekal gerakan tersebut ,maka satu bangunan telah didirikan di tebgah-tengah ibu kota dengan nama yang sama, terletak di Jalan Tengku Petra Semarak , Kota Bharu.

Perkembangan Pengaruh

Melihatkan jawatan- jawatan pentig yang telah disandang oleh Tuk Kenali dalam masa hayatnya,juga memandangkepada kegiatan dan jasa -jasa beliau yang cermelang dalam perkambangan pengajian ugama dan kebudayaan islam di Negeri Kelantan khasnya dan Alam Melayu amnya.

Maka sudah sewajanyalah pengaruh beliau segera berkembang ke segenap pelusuk tanah air dalam masa yang singkat sekali. Perkembangan-perkembangan ini adalah agak memuncak di penghujung pemerintahan Sultan Muhammad IV (1900-1920M) dan di awal pemerintahan sultan Ismail (1920-1944M) . kedua-dua baginda sultan ini adalah di antara sultan-sultan yang banyak mencipta kemajuan negeri dalam serba lapangan, lebih-lebih lagi di lapangan kemajuan agama islam. Ini adalah memberi peluang yang besar kepada perkembangan pengaruh Tuk kenali yang sedang berkembang ke seluruh tanah air, apa lagi melihat kedudukan Tuk Kenali yang sedang berkembang ke seluruh tanah air, apa lagi mellihatkan eratnya perhubungan Tuk Kenali dengan anak tuan gurunya dahulu iaitu dengan hj. Nik mahmud bin ismail (Datuk Perdana Menteri Paduka Raja) yang juga memegang peranan terpenting dalam pentadbiran negeri kelantan dewasa itu.

Tidak keterlaluan jika dikatakan bahawa tersebarnya pengatahuan Bahasa Arab dan pengetahuan-pengetahuan agama melalui pondok dan sekolah-sekolah pondok ke seluruh Tanah melayu ini antara lain ialah daripada jasa Tuk kenali yang menyusun kata-kata Tassrif yang kemudiannya diperkanalkan oleh murid-murid nya terutama tuan guru hj. Ali Shalaahuddin Pulau Pisang dan syaikh uthman jalaluluddin, seberang prai dalam buku Tatriful Arf- itu, syaikh Uthman menulis;

“Sesungguhnya hamba pungut akan dia daaripada beberapa mutiasa tasrif yang amat elok bagi guru hamba yang alim lagi yang amat ilmunya lagi yang menghimpunkan bagi beberapa fan ilmu yang bangsa kepada agama iaitu muhammad yusof yang masyhur akan gelarannya di seluruh tanah melayu dengan Tuk kenali di negeri kelantan.

Perkembangan Pondok Sekolah Agama dan Sekolah Melayu

Sistem persekolahan yang diutaamakan oleh Tuk kenali dalam masa hayatnya ialah sistem pondok, Sistem pondok yang menggunakan bahan-bahan pelajaran yang berdasarkan kitab dengan mengkelas-kelaskan kitab kepada pengajian peringkat rendah, menengah atas dana tinggi yang dipelajari secara berkelompok (berhalqah) di masjid atau madrasah (balaisah) . Manakala pelajar-pelajar yang tinggal di pondok-pondok (Asrama) di bawah bimbingan Tuk kenali, telah melahirkan beberapa orang tokoh ulamak. Tuan-tuan guru (tok guru_, pendakwah, pengarang yang terkenal yang datang dari beberapa tempat di seluruh tanah Melayu , sumatera, kemboja dan lain-lain.

Guru-guru pondok lepasan kenali inilah kemudiannya tersebar keseluruhan rantau ini di mana mereka menghidupkan pula sistem pondok.

Adalah agak luar biasa, di samping menggalakkan sistem pondok, Tuk kenali sebagai pencinta ilmu, tidaaklah menghalang wujudnya sistem persekolahan.

Tertubuhnya Agama islam dan adat istiadat melayu kelantan padaa tahun 1915M yang sudahpun mempunyai rancangana mendidikan sekolah-sekolah Agama islam di kelantan , adalah juga dengan mendapat nasihat daripada Tuk kenali. Maka pada 5 Ogos 1917M ditubuhkan sebuah Sekolah Agama berbahasa pengantar melayu yang menitik beratkan Bahasa Arab, dengan nama “Al-Madrasah Al-Muhammadiyyah Al-Kilantaniyyah”. Sekolah ini juga mengadakan pelajaran bahasa inggeris di sebelah petangnya.

Jadi, Tuk Kenali sebagai Ketua Pelajaran Agama Islam di Kelantan adalah memainkan peranan dalam pembukaan dan perlaksaan sekolah ini. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama “ Sekolah Agama Majlis”.

Kemudian pada tahun 1937 bila lahirnya sekolah aliran bahasa arab di Majlis dengan nama “Majlis Al-Muhammadiyyah Al-Arabiyyah” barulah Sekolah Agama Majlis tadi bertukar nama dengan “Sekolah Melayu Majlis”, manakala sekolah yang baru tadi disebut “Sekolah Arab Majlis”. Akhir sekolah aliran melayu ini diserapkan secara beransur-ansur ke dalam Bahasa Arab sesudah dia dipindahkan ke bangunan Maahad Al-Muhammadi sekarang ( sebagai ekoran daripada sekolah aliran arab tadi )

Keberkatan usaha beliau ini membawa Syaikh Uthman Jalaludin Al-Kilatani membuka sekolah arab Manaabi’ Ai-’Uluum, Bukit mertajam pada tahun 1934 (1353). Demikian juga Tuan Guru Hj. Ali Salaahudin membuka madrasah Al-Falaah di Pulau Pinang di mana kedua-dua madrasah ini lebih berbentuk pondok (sistem pondok).

Di samping itu beliau juga adalah dianggap sebagai pendorong pembukaan sebahagian sekolah-sekolah Melayu di Kelantan ini seperti Sekolah Melayu Kubang Kerian 1920M, Sekolah Melayu Mentuan, dan lain-lain. Beliau tidaklah memusuhi pembukaan sekolah-sekolah seperti ini selagi pelajaran yang diajar tidak menyelaweng daripada ajaran islam yang suci.

Tok Kenali Melahirkan Angkatan Pengarang

Di antara murid-murid Tuk kenali terdapat suatu golongan atau angkatan pengarang buku-buku agama yang mempunyai kedudukan yang baik di kalangan masyarakat Islam di dunia sebelah sini. Mereka ialah”

1. Dr. Syaikh Muhammad idris Al-Marbawi, seorang pujangga Islam yang banyak memberio sumbangan dalam perkembangan ajaran-ajaran Isdlam dengan kamusnya “Kamus Al- Marbawi” (Arab-Melayu) dan kitab-kitab karyanya yang banyak di lapangan Agama Islam.

2. Saahib Al-Fadhilah Datuk Hj. Ahmad mahir, Mufti Kerajaan kelantan yang juga seorang pengarang.

3. Syaikh uthman Jalaluddin Al-Kilantani, seorang pengarang buku-buku agama dan seorang guru.

4. Tuan guru Hj. Yaakub bin Ismail. Legor, Selatan Thailand.

5. Saahib Al-Fadhilah, Datuk Hj. Ismail bin Yusoff, Mufti Kerajaan kelantan.

6. Asy-Syaikh Muhammad Salih Tuk kenali, Makkah Al-Mukarramah Saudi Arabia.

7. Yang Berbahagia Hj. Ahmad bin Ismail (Datuk Lela Negara) pengarang majalah Al-Hikmah***(1923M) yang banyak mendidik bakat-bakat penulis dan pengarang-pengarang sebelum perang.

8. Tuan guru Hj. Ali Salahuddin, seorang guru agama terkenal yang juga menjadi seorang pengarang.

9. Tuan Guru Hj. Abdullah Tahir, seorang guru agama terkenal yang juga menjadi seorang pengarang.

10. Tuan Guru Hj. Yaakub bin Hj. Ahmad , lorong Gajah mati, kota Bharu adalah seorang guru agama dan seorang pengarang.

11. Yang berbahagia Datuk Hj. Hassan Yunus Al-Azhari, Bekas Menteri Besar Johor , ahli politikyang juga menjadi seorang pengarang.

Selain murid-murid beliau yang berbakat, terdapat pula cahaya-cahaya mata Tuk kenali yang turut memperkembangkan pengajaran ayahndanya, mereka ialah

1. Al-Marhum Hj. Ahmad Tuk Kenali, guru agama di pondok kenali dan guru yang mengajar pada beberapa buah surau dalam beberapa jajahan, daerah Negeri Kelantan.

2. Hj. Mahmud, wakil Syaikh haji , makkah.

3. Hj. Mohd Salleh Tuk Kenali, guru agama di kota suci Makkah dan seorang pengarang buku-buku dan risalah-risalah agama. Beliau mendirikan persatuan “Darul-Islah” bertempat di Maulid nabi, Suatu persatuan astu perhimpunan kaum Muslimin dari Tanah melayu, patani, kemboja, Indonesia dan lain-lain yang datang ke Tanah Suci makkah terutamanya di musim-musim haji, di mana Tuk kenali diperkenal dan jasanya diperkenangkan. Suatu persatuan lagi didirikan oleh beliau dengan nama “Darul-Quran (Persatuan Al-quran) bertempat di Misfalah, Makkah.

4. Hj. Abdullah Zawawi, lulusan kuliah Syariah, makkah. Berkecimpung di bidang pendidikan dan menjadi pengetua sekolah-sekolah menengah di Kerajaan Arab Saudi dan Nigeria.

Peribadi dan Sifat-sifat Utama

Tuk kenali bukan hanya terkenal sebagai salah seorang ulamak besar sahaja, malah terkenal pula sebagai tokoh yang mempunyai sifat-sifat utama yang berguna untuk menjadi teladan kepada masyarakat islam. Antara sifat-sifat utama yang berguna untuk menjadi teladan kepada masyarakatt islam. Antara si fat-sifat tersebut ialah:

a) Sangat menghormati dan memuliai ibu
b) Pemurah, suka menderma terutamanya kepada fakir miskin dan anak-anak.
C) Seorang yang sabar, tidak lekas marah.
D) Suka berjalan kaki sahaja sebagai suatu langkah latihan melenyapkan perasaan sombong, bongkak dan megah.
E) mengamalkan hidup berdikari. Beliau membeli sendiri di pasar.
F) suka membaca dan menatap, baik buku-buku atau majalah-majalah di mana-mana sahaja beliau berada.
G) Suka beriktikaf di masjid, manakala tidur kerap berbantalkan lengan.
H) pakaian beliau amat sederhana.
Sebenarnya Tuk kenali ialah seorang “wali” atau seorang sufi disebabkan berlaku perkara luar biasa pada dirinya dan tidak inginkan kemegahan dan kesenangan hidup yang berlebihan. Tambahan pula memandang makhluk-makhluk lain dengan pandangan yang penuh bertimbang rasa dan kasihan belas.

Tok Kenali dan Hal-hal Kemasyarakatan

Sewaktu melancarkan pengajaran-pengajarannya, Tuk kenali didapati agak gemar sekali membincangkan hal-hal politik tanah air. Semasa hayatnya Tuk kenali tidak memisahkan politik daripada bidang pelajaran, malah beliau tidak mengenal pemisahan antara. Agama islam yang difahami dengan politik. Ini adalah merupakan suatu cara menyesuaikan pengajarannya dengan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dengan alam keliling. Kerana itu dalam pengajarannya beliau mengemukakan beberapa anjuran melalui cerita-cerita tauladan yang berkesan antaranya: ikut bapamu, tetapi takutkan Tuhan kuasailah pengetahuan agama dan politik ilmu itu apa yang terguris dalam hati pengetahuan manusia terbatas. Mengaku salah jika bersalah. Sunnah Tuhan sudahlah wajar biar mati adat, jangan mati syarak. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Bertanya pada yang tahu. Penjahat itu mencukupi dengan kejahatannya. Doa adalah senjata orang mukmin. (Cerpen-cerpen Tuk Kenali” oleh AQHAS - halaman 76), Terbitan baru dengan tajuk cerpen-cerpen warisan Tuk Kenali).

Tok Kenali dan Puisi

Dalam masa menyampaikan pengajarannya, disamapaing mengutarakan ayat-ayat suci Al-Quran dan hadis-hadis nabi Muhammad S.A.W , maka terhamburlah dari mulut beliau beberapa rangkap syair dan kata-kata hikmat bak mutiara gugur dari untainya.
Di sini dibentangkan sebuah syair yang pernah dikeluarkan oleh Tuk Kenali iaitu:
Bahaya Merokok:
Perokok itu terhina, dungu, membazir dan keji, kerendahan bagi penagihnya, pasti, Darinya menguap kentut yang busuk dan diluati. Kepulan asap dari bibirnya mengasapi muka dana peribadi.
Antara kata-kata hikmatnya:
“orang yang mulia itu ialah orang yang memuliakan ibu” “mengkaji sendiri adalah punca kemajuan dalam pembelajaran”,

Pengaruh Imam Al-Ghazali

Melihatkan peribadi dana sikap hidupnya, nyatakan bahawa Tuk kenali adalah terpengaruh oleh ajaran-ajaran Failasuf islam Iman Ghazali, seorang alhi Tasauf yang sampai kepada darjat “hakikat” mengenal diri dan Tuhannya, ingin mencapai kebahagiaan dan kesucian yang setinggi-tingginya dalam penghidupan yang singkat ini, kemewahan hidup yang terhad dan sifat tidak membesar diri adalah nyata sekali dalam penghidupannya.

Unsur-unsur ini adalah terkandung dalam adoa yang dikumpul dan digubah oleh Iman Al-Ghazali dalam kitabnya “Ayyuhai Walad” (Wahai Anak) yang menjadi amalan Tuk Kenali dan murid-murid beliau sehingga sesudah itu dikenal pula dengan “Doa Tuk Kenali” (Doa mengiringi sembahyang Lima Waktu) yang antara lain bererti:

wahai tuhan, sesungguhnya saya pohon pada Engkau pemberiannya sempurna , kesihatan yang berkekalan, rahmat yang menyeluruh dan kesegaran yang berguna. Saya pohonkan daripada Engkau puncak kesenangan hidup, puncak kebahagiaan umur, kesempurnaan kebaikan, juga keluasan pemberian dan kesopanan yang lebih berfaedah.”
Tuhanku, Tolonglah kami dan jangan pula kami ditindas. Tuhanku, Bahagiakanlah kesudahan hidup kami, buktikanlah hasrat kami dengan penambahan amalan. Susilah kesegaran dikala berpagi-pagi dan berpetang-petang.

Wahai Tuhanku, tumpahkanlah rahmat engkau di tempat kembali kami dan kesudahan kami dan tuangkanlah dulang kemaafan ke atas dosa-dosa kami dan kurniakanlah pembaikan kepada keaifan-keaifan kami dan berikanlah kegiatan kami pada agama engkau. Kepada Engkau kami berserah dan kepada engkau kami menggantung harapan”.

Meninjau kepada beberapa segi yang telah dikemukakan di atas, tidaklah keterlaluan jika dikatakan bahawa Tuk kenali adalah salah seorang tokoh ulama terkenal dan pembangun fikiran Umat Islam di dunia sebelah juga tidaklah salah jika dikatakan bahawa selagi terbitnya majalah pengasuh ke alam persuratan melayu, maka selama itulah Tuk Kenali dikenangan, seterusnya tidaklah merupakan suatu penonjolan jika dikatakan bahawa selagi wujudnya majlis Agama islam dan Adat istiadat melayu kelantan” maka selama itulah ?Tuk Kenali masih disebut dan dikenali.

Rujukan : Wikipedia

Sabtu, 20 Juni 2009

Al-Kisah Sibawaih (سيبويه)

Al-Kisah Sibawaih (سيبويه)

Nama lengkapnya Amar bin Qanbar Abu Bisyr, digelar dengan nama Sibawaih (180H/796). Dia kelahiran asli negara Persia, yaitu di kota Baidha. Kemudian ia bersama keluarganya hijrah ke kota Basrah, dan di sana ia tumbuh besar di dalam lingkungan ilmiah. Ilmu pengetahuan pertama yang dia pelajari adalah fekah dan hadis. Sibawaih mempelajari hadis daripada Hamad bin Sahnah. Pada suatu hari, Sibawaih menerima diktean hadis dari gurunya, Hamad yang berbunyi :
لَيْسَ مِنْ أَصْحَابِي إِلاَّ مَنْ لَوْ شِئْتَ لأَخَذْتُ عَلَيْهِ لَيْسَ أَبَا الدَّرْدَاءِ

Sibawaih langsung menegur gurunya sambil berkata : لَيْسَ أَبُوْ الدَّرْدَاءِ. dia menduga lafazh Abu Darda adalah isim laisa. Gurunya langsung menimpali ; “kamu salah wahai Sibawaih. Bukan itu yang kamu maksudkan, tetapi lafazh laisa di sina adalah istitsna!”. Maka Sibawaih langsung berkata: “Tentu aku akan mencari ilmu, di mana aku tidak akan salah membaca.” Akhirnya Sibawaih belajar ilmu nahwu kepada Khalil sampai menjadi ilmuwan terkenal.


Kisah ini mengisahkan, bahawa suatu ketika Sibawaih bersama jamaah lainnya sedang menulis suatu hadis Nabi, sementara gurunya, Hamad sedang mendiktekan hadis mengenai kisah Shafa: صَعَدَ رَسُوْلُ اللهِ الصَّفَا (Rasulullah turun di tanah Shafa). Sibawaih langsung menyanggahnya dan berkata الصَّفَاءَ. Maka gurunya berkata : “Wahai orang Persia, jangan katakan “Ash-Shafa’a”, kerana kalimah Ash-Shafa’a adalah isim maqshur”. Ketika pengajian selesai, Sibawaih langsung memecahkan penanya, sembari berkata: “Aku tidak akan menulis suatu ilmu pengetahuan samapai aku dapat mematangkan dahulu dalam bidang bahasa Arab.” Mungkin, hikmah di sebalik dua kejadian itulah yang membuat Sibawaih sangat serius mempelajari nahwu, dan akhirnya menjadi pakar ilmu nahwu yang terkenal.

Guru Sibawaih dalam bidang nahwu adalah Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi. Beliau adalah guru besar Sibawaih, sementara Khalil sendiri adalah murid Abu Amr bin al-A’Ala, seorang ahli qira’at saba’ah.

Sibawaih pernah berdebat dengan Imam Kisa’i, tokoh ulama Kufah. Pada saat itu Sibawaih hendak pergi ke Kota Baghdad pada masa Raja Harun Ar-Rasyid dan menteri Yahya bin Khalid al-Barmaki. Sibawaih meminta menteri Yahya agar dapat mempertemukan dia dengan al-Kisa’i. maka Yahya menasihatinya agar ia tidak melakukan itu. Namun Sibawaih berkeras ingin bertemu dan sekaligus mengajak berdebat terbuka. Acara pertemuan itu di adakan di rumah Harun Ar-Rasyid. Melainkan, bahawa sebelum al-Kisa’i menemuinya, Sibawaih sudah terlebih dahulu dihadapi oleh murid-murid al-Kisa’i. Di antara mereka adalah al-Ahmar. Hisyam, dan al-Fara. Kemudian mereka berdebat dengannya sebelum al-Kisa’i bertemu, kerana mereka melakukan hal yang demikian adalah untuk menjatuhkan syaukah (kekuatan mental) Sibawaih. Lalu tidak lama al-Kisa’i mengadap dan berdebat dengannya dalam masalah terkenal pada masa itu, yaitu masalah “Zumburiyah”.

Sibawaih menang di dalam perdebatan tersebut. Kemudian Yahya al-Barmaki memberi hadiah kepadanya sebesar sepuluh ribu dirham dari saku peribadinya. Maka dari mulai itulah Sibawaih menjadi orang yang terkenal. Kemudian tidak lama ia pindah ke kota Ahwaz dan wafat di sana. Menurut Riwayat lain mengatakan bahawa Sibawaih wafat di Syiraz, Iran. Dia wafat pada saat usianya yang muda. Nama Sibawaih berasal dari bahasa asli Persia yang berarti semangka yang harum.

Banyak kitab yang menulis tentang bibliografi Sibawaih, di antaranya kitab karya Ahmad Badawi, yaitu kitab Sibawaih: Hayatuhu wa Kitabuhu, dan penulis Ali an-Najedi Nashif, yaitu kitab Sibawaih Imam an-Nuhat. Antara karya agungnya adalah al-Kitab atau Kitab Sibawaih merupakan puncak tata bahasa Arab dibukukan melalui kitab karyanya itu. Mungkin dapat dikatakan bahawa, al-Kitab atau Kitab Sibawaih merupakan sebuah kitab referensi pertama (sumber rujukan pertama) yang menghimpunkan tata bahasa Arab secara lengkap.
MasyaAllah…. Ta’ajjub sungguh apabila merenung al-kisah tokoh nahwu ini, jauhnya ilmu dan hemah kita dari kalangan mereka. Bertapa besar kemulian Allah SWT telah melimpah kepada kalangan mereka bertapa beruntung apabila kita mengambil manfaat dan pendekatannya.

Sepertima kata Syeikh Saiyyidi Madi Abu A’zaim : “Lapangkanlah waktu kamu untuk mengigati akan jasa-jasa ulama’-ulama’ terdahulu”.

Mengenali para ulama’ adalah akan menambahkan kecintaan kita pada mereka. Maka dengan kecintaaan inilah yang kan menghidupkan hati-hati mukmin sejati. Kecintaan kepada mereka adalah berpautan dan saling bersangkutan dengan cinta kepada Rasulullah SAW. Hal ini kerana Rasulullah SAW telah menjelaskan : “Ulama’ itu adalah pewaris nabi ”.

Mencintai warisan para Nabi a.s juga seumpama kita mengasihi mereka.
Imam Syafie Ra pernah menjelaskan :
“Aku mencintai orang-orang soleh dan bukan aku sebahagian daripada mereka, Aku berharap agar mendapat syafaat kerana mereka”.

“Ya Tuhanku…. jadikanlah segala perbuatan dan perkataan kami IKHLAS untuk menuntut keredhaanMU yang mulia dengan kehormatan Al-Quran Al-‘Azim. Nabi yang mulia. Sekelian sahabat dan hamba-hambaMU yang soleh.” (Doa Saiyid Ahmad Idris ).
“Ya Tuhanku… jadikan kami sebahagian orang yang mendapat ilmuMu yang luas... Kuatkan kami dalam meneruskan dan mendalaminya…. Sesungguhnya Hati ini senantiasa berbolak balik atas nikmatMu. “Wahai Tuhanku engkaulah tujuanku, keredhaa-Mulah tuntutanku, anugerahilahdaku kasih cinta padaMU dan sebenar-benar mengenaiMu, Ya Allah…. Ya Allah…. Ya Allah.

BICARA PENUNTUT BUAT PENUNTUT ILMU



BICARA PENUNTUT BUAT PENUNTUT ILMU

AYYUHAT TULLAAB
Aku mahu berbicara kepadamu.
Sebagaimana aku berbicara pada diriku.

Aku dan kamu adalah at-Tullab (penuntut ilmu), sosok diri bagaikan seorang yang merintih peluh menanam tanaman. Adakah berhasil menuai atau tidak. Berkeja keras mencari hasil dari tanaman. Menunggu hasil dari tuaian.

Merenung dan mengingat kembali nasihat guruku kepadaku, agar diingat senantiasa di dalam qalbu. Boleh bicara dengan ilmu, boleh suka tanpa jemu, mengingat kembali kisah yang lalu, agar menusuk di dalam qalbu.

Memberi nasihat itu sebenarnya mudah sahaja dan yang berat ialah menerima isi nasihat tersebut kerana setiap nasihat itu dirasakan terhangat pahit bagi siapa yang selalu mengikuti kehendak hawa nafsunya.Nafsu sentiasa mencintai perkara yang di larang apatah lagi bagi orang yang mencari ilmu yang rasmi serta sibuk di dalam urusan menuju kepada Allah.

Nasihat guruku kepadaku, “Hang nak mengaji ni biaq la (biaq daripada istilah loghat utara maksudnya biar) tanam ilmu tu bukan sehari dua aja, kita nak tanam ilmu tu biaq la tumbuh bertahun abadnya, ibaratnya kita tanam pokok durian, boleh hidup berpuluh tahun, jangan tanam pokok biasa aja, tak sampai berapa lama waktu dah mati”.

Ibarat pokok durian membuatkan aku memahami pelbagai gambaran daripada sudut percakapan : “Aku mengistilahkan sebuah pokok yang kuat dan kukuh kondisi akarnya, seperti kuatnya pegangan ia dengan TuhanNYA, (Iman). Apabila akarnya kukuh dan membesar, ini melambangkan sesepohon pokok itu lebat rimbunannya, (Syariahnya diamalkan). Apabila sesepohon pokok itu lebat rimbunannya, ia melambangkan akan membuahkan hasil dari pokoknya, (akhlak dan tawasuf) . maka ia memanfaat pada sekaliannya penduduk bumi daripada makan hasilan tersebut. Bila ditabur benih di lautan, maka menjadi pulau, bila di tabur ia di dataran menjadi gunung ganang.

Aku mahu berbicara padamu wahai at-Tullab,
Kian banyak kita lihat dan renung orang yang mengaji agama hanya sekadar lepas batuk ditangga, ilmu tu tidak memberi kesan padanya. Kerana tiada pengamalan terhadap ilmu. Biar sedikit mengaji asalkan, diamalkan. Biar lama mengaji asalkan istiqamah dan ikhlas.

Setengah aku melihat dan merenung, dari rakan sekuliahku, membuat aku binggung memikir berpanjangnya, kemana mereka mahu sebenarnya, sosok dirinya tidak membuat menunjukkan ia orang yang menuntut ilmu, sosok fahamnya tidak melambangkan ia memikirkan agama. Tetapi ia belajar agama dan menanggung lencana seorang pembawa agama, adakah ilmu itu hanya sekadar mengaji pergi kuliah dan keluar kuliah itu memadai dikatakan orang pembawa ilmu, Ilmu agama itu ia meletakakn di sesuatu tempat, apabila keluar dari tempat itu, sudah tiada ilmu agamanya.

Terbaca aku akan ungkapan Syair Ahmad Syauqi (dengan julukkan amir syu’ara) ia seorang penyair yang lahir dan wafat di kairo, Mesir. Di antara Ungkapannya:

فَاطْلُبُوْا الْعِلْمِ لِذَاتِ الْعِلْمِ لاَ * لِشَهَادَاتٍ وَأَرَابُ أُخَرَ
“Carilah ilmu untuk ilmu itu sendiri, bukan untuk memperoleh ijazah dan tujuan-tujuan lain”

Perbicaraan pendek aku ini hanya sekadar mengigatkan diriku sendiri, seseorang yang mengenal akan tuhanNya, maka ia akan mengenal dirinya , perjalanan kita sungguh jauh, masih buta dan rabun jalan lagi, perlu di pimpin oleh murabbi serta ulama yang benar, dalam menuju ke dentinasi. Bersabarlah dan mohonlah bersama agar diberi petunjuk dan kebenaran yang hakiki.

“Ya Tuhanku… jadikan kami sebahagian orang yang mendapat ilmuMu yang luas... Kuatkan kami dalam meneruskan dan mendalaminya (amalkannya)…. Sesungguhnya Hati ini senantiasa berbolak balik atas nikmatMu. “Wahai Tuhanku engkaulah tujuanku, keredhaa-Mulah tuntutanku, anugerahilahdaku kasih cinta padaMU dan sebenar-benar mengenaiMu, Ya Allah…. Ya Allah…. Ya Allah.

Selasa, 28 April 2009

Salasilah (Geneologi) Kitab Fiqh Mazhab Syafi’i.

Salasilah (Geneologi) Kitab Fiqh Mazhab Syafi’i.


Kepentingan hasil dari karya-karya Kitab Fiqh yang mempunyai kesenambungan mahupun rangkaian jalur salasilah kitab-kitab yang merupakan salah satu perkembangan Fiqh. Banyak karya besar Fiqh Syafi’iyyah yang popular dan Mashyur masih tetap utuh diajar dan dipelajari dari kalangan ahli madrasah, pondok ataupun pasentren di Asia Tenggara. Hal demikian, ia dilakukan adalah penulisan yang berbentuk komentar (al-Syarah) (iaitu keterangan, huraian, penjelasan, atau ulasan) terhadap matan (al-Matan) (naskah asli, teks), atau cacatan atas dasar komentar (huraian yang mengandungi penjelasan, kritikan, atau pendapat mengenai sesuatu perkara), yang dinamakan ia (Hasyiyah). Atau dilakukan sebaliknya, yakni disusun ringkasan (al-Mukhtashar) dari suatu karya yang lain dari tradisi ulama’ dalam perkembangan fiqh berbentuk lingkungan mazhab. Demikian terdapat beberapa “Salasilah” Kitab Fiqh Syafi’iyyah, dan hubungan antara anggota “Salasilah” ini dapat digambarkan penulis dalam sebuah gambar rajah yang akan disusulkan kemudian. Tiga yang menonjol, secara berturut-turut “berasal” dari Muharrar karangan Imam Rafi’i, Taqrib atau (Mukhtashar) oleh Imam Abu Syuja’ al-Isfahani, dan Qurrah al-‘Ain karangan Imam Zainuddin al-Malibari.

Penjelasan yang pertama akan diulaskan oleh penulis diantara salasilah-salasilah tersebut adalah dari kelompok kitab yang memiliki hasil kecenderungan yang besar dari kalangan penuntut ilmu didalam mempelajari Fiqh Mazhab Syafi’i. Melalui hasil penelitian, salasilah yang dimaksudkan penulis adalah jalur salasilah Matan Al-Ghayah wa al-Taqrib (متن الغاية والتقريب), yang juga terkenal dengan Mukhtashar, oleh Abu Syuja’ al-Isfahani . Diantara syarah Taqrib adalah Fath al-Qarib (oleh Ibn Qasim Al-Ghazzi) , Kifayat al-Akhyar, (oleh Taqiyad-Din al-Dimasyqi), dan syarah kitab yang ketiga daripada Taqrib adalah al-Iqna’ karangan (Syeikh Khathib Syarbini). Salasilah yang dipaparkan penulis bukanlah hanya itu ketetapan salasilah kitab Fiqh Mazhab Syafi’i daripada jalur salasilah Matan Al-Ghayah wa al-Taqrib, malah kemungkinan ada pekembangan daripada salasilah tersebut yang belum diketahui oleh penulis. Demikian itu, penulis hanya memaparkan sebagai gambaran salasilah kitab sahaja daripada salasilah Matan Al-Ghayah wa al-Taqrib bukan merangkumi keseluruhan kesempurnaan salasilahnya.

Seterusnya penulis cuba ingin menukilkan serba sedikit perkongsian bersama mengenai perbahasan kitab Fath al-Qarib menurut Syeikh Ibn Qasim al-Ghazzi daripada muqadimah kitab syarahnya, yang menerangkan secara ringkas mengenai tujuan disyarahkan daripada kitab Taqrib adalah sebagai berikut :

وبعد : هذا كتاب في غاية الإختصار والتهذيب، وضعته على الكتاب المسمى بالتقريب لينتفع به المحتاج من المبتدين لفروع الشريعة والدين، وليكون وسيلة لنجاتي يوم الدين، ونفعًا لعبادة المسلمين، إنه سميع دعاء عبادة وقريب مجيب. ومن قصده لا يخيب. وإذا سألك عبادي عني فإني قريب.

“Dan selepas itu, ini adalah kitab pada sehabis-habis ringkas dan murni, yang aku letakkan ia keatas kitab yang dinamakan dengan “Taqriib” supaya mengambil manfaat dengannya orang-orang yang berhajat daripada orang yang baru mula belajar, kepada cabang-cabang syariat dan agama dan supaya jadilah ia wasilah bagi kejayaanku pada hari Agama, dan untuk manfaat hamba-hambaNya yang Islam. Sungguhnya Dia maha mendengar doa hambaNya dan amat hampir lagi amat memperkenan. Barangsiapa yang menuju kepadaNya tidak kehampaan. Dan apabila bertanya kepada kamu oleh hamba-hambaku maka sunggunya Aku ini amat hampir”.

Maka pengarang kitab Fath al-Qarib melanjutkan muqadimahnya daripada perbezaan nama naskah kitab seperti berikut:
وإعلم أنه يوجب في بعد نسخ هذا الكتاب في غير خطبته نسميته تارة بالتقريب ، وتارة بغاية الإختصار. فلذلك سميته باسمين. أحدهما : فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب. والثاني : القول المختار في شرح غاية الإختصار.

“Ketahuilah, bahawa didapati pada sebahagaian naskah kitab ini pada selain khutbahnya penamaannya sekali dengan “التقريب” sekali yang lain dengan
“غاية الإختصار”. Maka kerana demikian itu aku namakan ia dengan dua nama, satu daripadanya “فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب ”. (pembukaan yang mudah pada mensyarahkan lafaz-lafaz Taqrib). Keduanya “القول المختار في شرح غاية الإختصار ” (Pendapat yang terpilih pada mensyarahkan غاية الإختصار.)

Gambar rajah : Geneologi (Salasilah) Kitab Fiqh Syafi’i

Sabtu, 21 Maret 2009

Tuan Haji Hussain Kedah...(1863-1935)


Abu Abdullah Hussin bin Muhammad Nasir bin Muhammad Thayyib bin Mas’ud bin Qadhi Abu Su’ud bin Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari dilahirkan pada hari Ahad 20 Jumadil Awwal 1280H bersamaan 2 November 1863 di Titi Gajah, Kedah. Nama timangan sewaktu kecilnya adalah Che Megat. Gelaran Megat diperolehi kerana ayah beliau Haji Muhammad. Nasir, seorang kebanyakan telah berkahwin dengan Tengku Fathimah binti Tengku Mahmud, seorang kerabat Diraja Kubang Pasu, Darul Qiyam. Kemudiannya beliau mashyur dengan nama Tuan Guru Tuan Hussin Kedah.

Keturunan Tuan Hussin Kedah adalah berasal dari Kelompoyan Martapura Banjarmasin, Kalimantan, Indonesia. Dan beliau adalah dari keturunan seorang ulama yang sangat tersohor di Nusantara iaitu Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, pengarang kitab Sabil al-Muhtadin. Sejarah kedatangan keturunan beliau ke Kedah adalah apabila datuk kepada datuknya yang bernama Qadhi Haji Abu Su'ud diceritakan bahawa beliau pulang dari Makkah untuk meneruskan perjalanannya pulang ke Banjar telah singgah di Kedah. Apabila sultan Kedah mendapat tahu kehadiran ulama Banjar ini maka baginda Sultan Kedah telah meminta kepadanya supaya tinggal di Kedah untuk menjadi guru baginda dan juga rakyat Kedah.

Moyang kepada Tuan Hussin Kedah ini iaitu Haji Mas’ud bin Qadhi Abu Su’ud selain menjadi ulama di Kedah, beliau juga dilantik oleh Sultan Kedah, menjadi salah seorang panglima perang kerajaan Kedah ketika menentang kerajaan Thai (Siam Budha). Dan beliau gugur sebagai syahid ketika peperangan menentang Thai.


Pendidikan dan Membuka Pondok

Tuan Hussin Kedah mendapat didikan awal dari datuknya Haji Muhammad Thayyib bin Mus’ud al-Khalidi an-Naqsyabandi dipondok Titi Gajah. (Insyaallah, tulisan mengenai tokoh ini akan paparkan keblog ini nanti). Seterusnya beliau menyambung pelajarannya di di Pondok Bendang Daya, Fathani. Beliau sempat belajar dengan Tuan Guru Syaikh Haji Wan Mushthafa bin Muhammad al-Fathani (Tok Bendang Daya I) dan selanjutnya kepada anak beliau, Syaikh Abdul Qadir bin Syaikh Wan Mushthafa (Tok Bendang Daya II). Ketika di Bendang Daya dipercayai beliau bersahabat dengan Wan Ismail bin Mushthafa al-Fathani (Tok Ayah Doi – pengasas pondok Gajah Mati, Kedah) dan Tok Kelaba. Selain di Bendang Daya, Tuan Husein Kedah juga pernah belajar di Pondok Semela, pondok dimana datuknya pernah menuntut ilmu. Tuan Hussain Kedah telah merantau ke Kelantan, Terengganu, Singapura, Johor dan Perak untuk mendalami ilmu agama. Setelah lama di perantauan mencari ilmu, beliau kembali ke Titi Gajah dengan niat untuk membantu datuknya mengajar.

Memang sudah menjadi tradisi pada zaman tersebut, tidak lengkap ilmu seseorang sekiranya tidak melanjutkan pelajaran ke Mekah, yang merupakan pusat ilmu ketika itu. Maka pada tahun 1892, beliau berangkat ke Mekah bersama isterinya iaitu Wan Khadijah binti Wan Yusuf untuk mengerjakan haji dan menambahkan pengetahuan agamanya. Ketika di Mekah beliau sempat berjumpa dan berguru dengan ulama-ulama besar disana seperti Syaikh Abdul Qadir bin Abdur Rahman al-Fathani, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syaikh Nawawi al-Bantani, Syaikh Umar Sumbawa, Syaikh Ahmad Umar Bali, Syaikh Ahmad Lingga, Syaikh Wan Ahmad al-Fathani dan ramai lagi.

Apabila Tuan Hussain pulang dari Mekah pada tahun 1896M, beliau meneruskan pengajarannya di pondok Titi Gajah dan pada waktu yang sama beliau ditawarkan untuk membuka pondok di kampung Alor Ganu, sebuah perkampungan yang berhampiran. Beliau menerima tawaran tersebut dan mengajar di sana selama tiga tahun.

Pada tahun 1900, beliau berpindah Bohor dan membuka pondoknya di sana. pelajar-pelajar lelaki dan perempuan di pondok Bohor berumur antara 15 hingga 60 tahun. Terdapat dua kumpulan pondok iaitu Pondok Dalam di mana disediakan untuk orang yang sudah berkeluarga dan Pondok Luar untuk anak-anak bujang. Tuan Hussin mengendalikan pondoknya di Bohor selama 12 tahun sehingga beliau terkenal dengan panggilan "Tuan Hussain Bohor".

Pada tahun 1912, Tuan Hussin berpindah pula ke Bagan Ulu dan membuka pondok di situ. Tempat ini sekarang dikenali sebagai Pantai Merdeka. Pelajar-pelajarnya berjumlah lebih 400 orang. Antara pelajar-pelajarnya yang terkenal ialah Dato' Haji Abdul Rahman bin Haji Abdullah atau lebih dikenali sebagai Tuan Guru Haji Abdul Rahman Merbok (gambar sebelah). Tuan Hussin mentadbir pondok Bagan Ulu selama 8 tahun sebelum membuka pondok baru di Selengkoh, Mukim Sungai Limau. Keadaan persekitaran di Selengkoh yang becak mengurangkan penuntut Tuan Hussin. Beliau berkhidmat di sana selama 4 tahun dan kemudiannya berangkat mengerjakan fardhu haji bersama anak dan cucu-cucunya.

Kepulangannya dari Mekah pada tahun 1924M telah memberi ilham kepada Tuan Hussin untuk membuka pondok baru pula di Padang Lumat. Dan seterusnya beliau membuka pondok di Pokok Sena, Seberang Perai pada akhir tahun 1929M. Tuan Hussin Kedah adalah seorang ulama yang wara’ dan rajin beribadah. Sering membawa tongkat ketika berjalan Beliau bertariqat Syattariah. Beliau adalah seorang tuan guru pondok yang tegas. Pelajarnya tidak dibenarkan merokok dan berambut panjang. Tuan Hussin Kedah adalah seorang ulama besar yang sangat gigih dalam perjuangan menggunakan kalam (perkataan) dan qalam (pena/penulisan) demi penyebaran ilmu pengetahuan Islam. Dalam kesibukan mengajar, beliau masih sempat untuk menulis kitab untuk diwariskan kepada generasi seterusnya. Antara kitab-kitab tulisannya adalah:-
• an-Nurul Mustafid fi Aqaidi Ahlit Tauhid, diselesaikan pada tahun 1305H/1888M. Kandungannya membicarakan tentang tauhid, akidah Ahlis Sunnah wal Jamaah. Kitab ini adalah kitab pertama yang beliau karang.
• Tamrinush Shibyan fi Bayani Arkanil Islam wal Iman, diselesaikan pada hari Sabtu, 1 Syaaban 1318H. Menggunakan nama Husein Nashir bin Muhammad Thaiyib al-Mas'udi al-Banjari. Kandungannya membicarakan tauhid, akidah Ahlis Sunnah wal Jamaah dinyatakan rujukannya ialah Ummul Barahin, Syarah Hudhudi, karya as-Suhaimi, Hasyiyah Syarqawi dan Dhiyaul Murid. Dicetak oleh Mathba'ah Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, Mesir, Zulkaedah 1346H, ditashhih oleh Ilyas Ya'qub al-Azhari.
• Hidayatus Shibyan fi Ma'rifatil Islam wal Iman, menggunakan nama Abi Abdullah Husein Nashir bin Muhammad Thaiyib al-Mas'udi al-Banjari. Diselesaikan pada hari Isnin, 18 Muharam 1330H. Kandungannya membicarakan tentang tauhid dan fekah. Cetakan yang pertama Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-'Utsmaniyah 1330H. Dicetak pula oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan Singapura, 1345H/1927H. Ditashhih oleh Syeikh Idris bin Husein al-Kalantani.
• Kisarul Aksir lish Shaghir `indal Kabir li Ma'rifatillahil `Alimil Khabir, diselesaikan pada hari Khamis, 25 Rabiulakhir 1336H. Kandungannya membicarakan tentang tasauf dan thariqat. Cetakan yang ketiga, Al-Huda Press, Pulau Pinang, Safar 1356H/April 1937M.
• Hidayatul Athfal, diselesaikan pada 1336H. Kandungannya pelajaran tauhid untuk kanak-kanak.
• Hidayatul Mutafakkirin fi Tahqiqi Ma'rifati Rabbil `Alamin, diselesaikan pada 3 Rabiulakhir 1337H. Kandungannya membicarakan tentang tauhid, menurut akidah Ahli Sunnah wal Jamaah. Cetakan yang pertama Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan Singapura, 1345H/1927M. Cetakan yang kelima, Mathba'ah Persama, 83-85, Achen Street, dekat Masjid Melayu, Pulau Pinang, 1377H/1957M.
• Tafrihus Shibyan fi Maulidin Nabi min Waladi `Adnan, diselesaikan pada hari Selasa 3 Rabiulawal 1341H. Kandungannya mengenai sejarah kelahiran Nabi Muhammad Õáì Çááå Úáíå æÓáã Dicetak oleh Mathba'ah Persama, 83-85, Acheh Street, dekat Masjid Melayu, Pulau Pinang, 1382H/1962M.
• Tazkiru Qabailil Qadhi, diselesaikan pada 1343H. Kandungannya merupakan Terjemahan Hadits Jawahir al-Bukhari, terdiri daripada dua juzuk, yang telah dijumpai hanya juzuk yang pertama saja. Cetakan yang pertama, Al-Maktabah Zainiyah, Taiping Perak, 1350H Dicatatkan: “Titah membenarkan dicetak dari bawah Duli Yang Maha Mulia as-Sultan Perak atas minit paper Qadhi Kuala Kangsar nombor 149/30”.
• Bidayatut Thalibin ila Ma'rifati Rabbil `Alamin, diselesaikan 1344H. Kandungannya membicarakan ilmu tauhid. Cetakan yang kedua The United Press, No. 3 Dato' Keramat Road, Pulau Pinang, 1357 Hijrah. Ditashhih oleh Ilyas Ya'qub al-Azhari.
• ‘Alaqatul Lamiyah wash Sharfiyah, diselesaikan 1345H. Kandungannya membicarakan ilmu sharaf atau perubahan perkataan dalam bahasa Arab.
• Ushulut Tauhid fi Ma'rifati Thuruqil Iman lir Rabbil Majid, diselesaikan 6 Syawal 1346H. Kandungannya membicarakan falsafah ilmu tauhid dan ilmu fekah. Dicetak oleh Mathba'ah az-Zainiyah, Taiping, Perak, hari Jumaat, 4 Jamadilakhir, 1347H (cetakan kedua). Cetakan ulangan oleh percetakan yang sama tahun 1355H (cetakan ketiga). Dicetak semula dengan kebenaran anak pengarangnya Tuan Guru Haji Ahmad bin Tuan Husein, Qadhi Besar Pulau Pinang dan Seberang Perai kepada The United Press, Pulau Pinang, selesai cetak 11 Jumadilawwal 1393H
• Hidayatun Nikah, diselesaikan 1347H. Kandungannya membicarakan perkara-perkara mengenai nikah kahwin.
• Qathrul Ghaitsiyah fi `Ilmish Shufiyah `ala Syari'atil Muhammadiyah, diselesaikan 25 Jumadilawwal 1348H. Kandungannya membicarakan tasawuf. Cetakan yang kedua, Mathba'ah Persama, 93 Acheh Street, Pulau Pinang.
• Majmu'ul La-ali lin Nisa' wal Athfaliyi, juzuk yang pertama, disele- saikan pada hari Jumaat, 5 Jamadilakhir 1350H. Kandungan mukadimahnya menyatakan bahawa judul ini terdiri daripada sepuluh juzuk. Juzuk yang pertama, membicarakan hukum taharah dalam bentuk soal-jawab. Cetakan yang ketiga The United Press, Pulau Pinang, Jamadilakhir 1360H.
• Majmu'ul La-ali lin Nisa' wal Athfaliyi, juzuk ke-2, diselesaikan petang Isnin, 20 Rejab 1350H. Kandungannya membicarakan tentang sembahyang dalam bentuk soal-jawab. Tidak terdapat nama percetakan. Dicetak pada 22 Jumadilakhir 1352H (cetakan kedua), dinyatakan bahawa terdapat tambahan daripada cetakan yang pertama. Cetakan yang ketiga The United Press, Pulau Pinang, 3 Jumadilakhir 1360H.
• Tabshirah li Ulil Albab, diselesaikan tahun 1351H. Kandungannya membicarakan tentang akidah/tauhid.
• Hidayatul Ghilman, diselesaikan pada tahun 1351H. Kandungannya membicarakan tentang akidah/tauhid yang ditulis dalam bahasa Arab.
• Nailul Maram fi ma Yujabu Husnul Khitam, diselesaikan pada hari Ahad, 6 Sya’ban 1354H. Kandungannya membicarakan tentang beberapa amalan zikir dan wirid untuk mendapatkan husnul khatimah. Dicetak oleh The United Press, dikeluarkan oleh Haji Ahmad bin Tuan Husein dengan catatan: “Dicap risalah ini untuk mendapat khairat bagi al-Madrasah al-Khairiyah al-Islamiyah, Pokok Sena, Kepala Batas, Seberang Perai.”
• Tanbihul Ikhwan fi Tadbiril Ma'isyah wat Taslikil Buldan, diselesaikan pada tahun 1354H. Kandungannya membicarakan tentang penghidupan dan pentadbiran pemerintahan.
• Bunga Geti, diselesaikan pada tahun 1354H. Kandungannya membicarakan tentang sembahyang qadha atau mengganti sembahyang yang ketinggalan. Kitab ini merupakan kitab terakhir yang beliau tulis

Meninggal Dunia

Menurut catatan dari kelaurganya ketika beliau jatuh sakit, Tengku Abdullah; bekas muridnya meminta beliau pulang ke Kedah. Dan beliau pulang ke Kedah setelah dirayu oleh anaknya. Tengku Abdullah telah mengambil beliau di Pokok Sena dan dibawa ke rumahnya di Batu 16, Padang Lumat, dan pada 18 Zulkaedah 1354H bersamaan 10 Februari 1936M, dengan kehendak Allah Tuan Hussin pulang ke rahmatullah dan jenazahnya telah dikebumikan di perkuburan Titi Gajah. Perjuangannya diteruskan oleh anakandanya iaitu Tuan Guru Haji Ahmad Tuan Hussin, yang juga merupakan Qadhi Besar, Pulau Pinang.

Demikianlah sekelumit kisah ulama seorang ulama tersohor dan berjasa. Peranannya dalam pendidikan, dakwah dan penulisan dalam seharusnya menjadi contoh kepada generasi ulama sekarang. Akhirkata, marilah kita hadiahkan al-Fatihah pada ulama besar ini. al-Fatihah.


Rujukan:
Tulisan al-Marhum Tuan Guru Haji Wan Muhammad Shaghir Wan Abdullah didalam kolum Ulama Nusantara, akhbar Utusan Malaysia 29 Jumadilakhir 1425H / 6 Ogos 2004
Buku Tokoh-tokoh Ulama Semenajung Tanah Melayu -1
Buku Sejarah Ulama Kedah
Portal MyKedah.
Laman Web Madrasah al-Khairiah al-Islamiah


Template by : kendhin x-template.blogspot.com